The Roots Of Madinah berawal dari ide 3 orang teman lama yang bersatu kembali setelah sekian tahun berpisah ditelan kesibukan masing masing. sa yang pertama adalah Muhammad Thufail Al Ghifari. ia adalah salah satu rapper yang cukup dikenal di komunitas hiphop local dan nasyid indonesia. Kedua albumnya sudah memberi warna tersendiri dalam perjalanan eksistensinya.Walau aransemen music di album Syair Perang Panjang sempat mendapat banyak cercaan dari komunitas hiphopindo, ditambah syair – syair islam yang tajam, tegas dan sangat agresif membuat Thufail sering dicap rapper islam garis keras bahkan hingga saat ini masih banyak yang memberikan penilaian tersebut.
Namun dibalik semua pro kontra itu, Thufail Al Ghifari ternyata mampu membuktikan ketangguhan prinsip dan idealisnya. Tidak sedikit orang – orang yang terinspirasi dengan lagu – lagunya, bahkan memilih hijrah membela islam karena terinspirasi oleh lagu – lagu Thufail Al Ghifari.
Thufail Al Ghifari terlahir dari pasangan Pendeta, masuk islam tahun 2002 setelah melewati proses pemikiran dan pencarian jati diri yang panjang. Jiwa musiknya merupakan warisan dari sang ayah yang juga mampu memainkan semua jenis alat music dari gitar, bas, piano, keyboard hingga drum. Thufail pertama kali membuat band dengan nama Rafflesia di kelas 2 SMP. Rafflesia memainkan lagu – lagu dari Godbless, Kantata Takwa, Slank, Boomerang, Jamrud hingga Iwan Fals. Setelah lulus dari SMP Negeri 3 Bekasi, Rafflesia bubar.
Setelah masuk SMA Negeri 3 Bekasi, Thufail Al Ghifari melakukan Jam Sesion dengan beberapa teman sekolah dan mulai memainkan lagu – lagu dari Metallica, Rage Againts The Machine, Sepultura, Soulfly, Korn, Limp Bizkit hingga Marilyn Manson.
Kelas 1 SMA Thufail bergabung dengan Berawan Band sebagai basis dan memainkan lagu – lagu dari Metallica. Berawan Band hanya berjalan 6 bulan lalu bubar. Karena Sigit sang Vokalis band mendirikan band Rattamahatta. Thufail sempat bergabung dengan Rattamahatta sebagai penabuh perkusi dan memainkan lagu – lagu dari Sepultura dan Soulfly.
Kevakuman Rattamahatta, membuat Thufail mendirikan Stompkin di akhir kelas 2 SMA. Stompkin cukup bertahan lama dan sudah memiliki jam terbang di luar kegiatan ekstra kulikuler SMA. Stompkin sering memainkan lagu dari Rage Againts The Machine, Limp Bizkit, Korn bahkan Stompkin juga terinfluense oleh Marilyn Manson, Hed Pe, Red Hot Chili Peppers hingga Soulfly.
Setelah Stompkin bubar, Thufail serius dengan mempersiapkan solo albumnya yang bernuansa rap. Namun dalam prosesnya album solo Thufail sempat tertunda 2 tahunan karena berbenturan dengan proses Thufail memperdalam keislamannya pasca masuknya beliau ke islam setelah 20 tahun lahir dalam pembinaan keluarga Kristen.
Album syair perang panjang merupakan debut Thufail Al Ghifari sebagai rapper. Album indie label ini mendapat banyak sanjungan dan kritik dari komunitas hiphop terutama dalam masalah aransemen musik. Namun Thufail tetap maju dan tidak perduli. Musik di album Syair Perang Panjang memang diakui Thufail sangat apa adanya, karena keterbatasan prasarana dalam penggarapannya.
Untuk mengaransemen music saja, Thufail Cuma modal numpang di computer teman dan hanya menggunakan software Fruityloop 2. Namun satu tahun kemudian Album kedua thufail yang berjudul Dari Atas Satu Tanah Tempat Kita Berpijak akhirnya dirilis. Di Album kedua nuansa musik semakin meluas. Suasana etnik, blues dan industrial mulai terasa di beberapa lagu.
Kebanyakan para penyuka lagu – lagu Thufail lebih terpesona oleh syair dan pemikiran Thufail tentang islam daripada musiknya. Banyak dari penyuka Thufail Al Ghifari justru tidak terlalu perduli dengan ukuran kualitas music Thufail, mereka lebih salut dan terinspirasi oleh syair – syair Thufail Al Ghifari.
“kesuksesan saya tidak terletak pada music dan berapa banyak fans saya, saya tidak butuh fans..saya hanya ingin menyampaikan isi hati saya, rasa syukur saya akan kedahsyatan Islam dalam menemani pencarian jati diri saya, dan saya menemukan jawaban dari semua pertanyaan hidup saya hanya di dalam Islam…dan saya menuangkan semua di dalam lagu – lagu saya”
itulah pendapat Thufail mengenai pro kontra tentang kehadiran dia sebagai rapper yang banyak menyuarakan Islam dan membongkar kebusukan zionis internasional melalui lagu – lagunya. Kini setelah perjalanan kedua Album solonya, Thufail kembali melakukan reuni dengan beberapa teman – teman lamanya di Stompkin yaitu Udenk dan Arif untuk mendirikan The Roots Of Madinah.
Posisi vokalis merupakan tugas baru di band beraliran rock ini. Pengagum Iwan Fals, Eddie Vedder dari Pearl Jam dan Jonathan Davis dari Korn ini siap dengan semua resiko baru yang ia dapat dari proyek barunya bersama The Roots Of Madinah. Banyak para penyuka Thufail sebagai rapper yang kecewa dengan keputusan Thufail untuk vakum sebagai rapper, namun disisi lain Thufail Al Ghifari memang punya alasan sendiri kenapa ia mendirikan The Roots Of Madinah.
“saya ingin mulai sesuatu dari nol lagi, saya ingin merasakan tantangan baru..setuju atau tidak setuju inilah saya! Dan seperti yang sering saya katakan, saya tidak butuh fans, popularitas atau eksistensi. Solo karir saya atau bersama The Roots Of Madinah semuanya hanyalah sebuah proyek eksperimen seni dan resistensi, kreatifitas musik kami hanyalah sarana untuk membagi perasaan kami, membagi isi hati kami tentang busuknya dunia atau jenuhnya kehidupan hingga rasa syukur ketika kami menemukan banyak harapan dengan keyakinan kami terhadap Pencipta kami. Lagi pula The Roots Of Madinah bukan band dakwah atau band islam apalagi band underground atau apalah..kami cuma band rock ala kadarnya tapi dikelola dengan semangat yang tidak sekedarnya..terserah orang mau nilai apa, kami hanya ingin berkarya dan memberi kepuasan pada batin kami”
Sekarang Thufail Al Ghifari sudah tidak perduli dengan perjalanan dia sebagai solo rapper dan pro kontra eksperimen dia dengan The Roots Of Madinah. Ada distorsi baru yang siap menghentak, dan teriakan lantang akan kejujuran hati, ada semangat yang akan melompati semua stagnasi, ada ide baru yang akan mendobrak semua batas yang mengkotak – kotakkan kejujuran kreatifitas dan suara hati, ada sebuah ketulusan yang akan memberi warna baru pada setiap ruang kreatifitas yang tidak terbatas dan tidak pernah menyerah pada semua keterbatasan...mungkin inilah kelahiran baru seorang Thufail Al Ghifari yang ingin memulai semuanya dari nol kembali, bahkan nol besar mungkin…semoga selalu kompak dan istiqomah!
Udenk Hermawan Dari Ujung Berung Ke Bekasi
Udenk begitu kami biasa memanggil beliau. Laki – laki yang terkesan pendiam dan ekslusif jika baru mengenal beliau. Beliau memang bukan tipe orang suka basa – basi, namun kalau kita sudah kenal dekat..orang ini ngak kalah seru dan asyik dalam bergaul. Sangat friendly dan terbuka.
Udenk tumbuh sebagai musisi berawal dari eksistensi dia di scene underground kota Bandung. Pertama kali bermain musik udenk membentuk group MEGATRASH di Bandung tahun 1991. Beberapa tahun kemudian di tahun 1993 Udenk bergabung dengan band The Obnoxious dengan tampilan musik yang lebih Emosional nd Drunkers. The Obnoxious sempat menggarap dua album indie label dan berhasil menggebrak Bandung ketika beberapa track lagunya cukup di minati pendengar Radio Ardan Fm Bandung dan radio GMR Rock Station Bandung.
Setelah the Obnoxius bubar di tahun 1995 Udenk kembali ke Bekasi dan membentuk band The Nook. The Nook sempat merilis satu album dan bergabung dengan Indonesia Rocker Club (IRC). Namun umur The Nook juga tidak bertahan lama setelah mereka membubarkan diri 1997. Di tahun yang sama Udenk langsung membentuk band bernama CIA dan sempat merilis album dan manggung bareng /RIF di beberapa kampus, sayang di tahun yang sama masalah internal membuat CIA bubar.
Setelah itu Udenk bergabung dengan grup The Cruel salah satu band crusty core legendaris bandung. Bersama The Cruel, Udenk merilis satu album dan ikut terlibat dalam kompilasi underground legendaris INDEPENDEN REBEL bersama Burgerkill, Puppen, Jeruji, Homicide, Blind To See dan band band Bandung senior lainnya, juga melakukan tur album 13 kota bersama Aquarius Musikindo.
Tahun 2000 Udenk meninggalkan The Cruel dan kembali ke Bekasi membentuk band Bumbklaat. Pertama kali kenalan dengan Thufail Al Ghifari ketika Udenk meminta Thufail yang ketika itu vokalis dari Stompkin mengisi vocal rap di salah lagu dari grupnya Udenk bernama Bumbklaat. Sejak jam session dan kolaborasi itu persahabatan antara Thufail dan Udenk semakin rekat.
Bumbklaat memainkan music metal etnik dan banyak terinspirasi oleh Soulfly dan Sepultura. Setelah Bumbklaat vakum, Udenk membentuk Sugar Coma sebuah band bernafaskan seatlle sound atau biasa dikenal dengan musik grunge. Setelah itu di tahun 2002 Udenk hijrah ke negeri Papua karena kontrak untuk membentuk band top 40 dan main di sebuah Inter City Hotel di Papua selama satu tahun.
Setelah balik dari Papua di akhir tahun 2002, Thufail mengajak Udenk untuk mengisi kekosongan gitaris di Stompkin. Setelah Stompkin bubar Udenk bergabung dengan Psycoholic. Hingga akhirnya Udenk sempat vakum dari dunia music Indie karena kesibukan menikah dan pekerjaan hingga ia kembali membentuk The Roots Of Madinah bersama sebagian kawan lama di Stompkin.
Kehadiran Udenk di The Roots Of Madinah seperti pertemuan sudut plus dan minus dengan Thufail Al Ghifari. Karakter ‘be your self’ Udenk memang sangat cocok dengan jati diri keras kepala Thufail Al Ghifari.Karena sejatinya Udenk dan Thufail tidak mau The Roots Of Madinah identik dengan band tertentu, Udenk ingin The Roots Of Madinah menjadi diri sendiri dan menciptakan musik gayanya sendiri.
Karakter sound gitar berat, tebal dengan senar 6 gitar di drop ke nada D menjadi cirri khas beliau. Beliau adalah otak utama dalam pembentukan karakter music The Roots Of Madinah di album pertama yang sedang di garap saat ini.
Dalam perjalanannya Udenk sangat memahami berbagai macam musik dengan karakter sound masing - masing. Karena itulah di The Roots Of Madinah orang ini yang paling pusing memikirkan bagaimana bisa menemukan karakter sound The Roots Of Madinah yang berciri khas tersendiri.
Musik dari berbagai jenis Metal, Pop, RnB, Reggae, Punk, Skin Head, Jazz, Blues, Country, Etnik dan sebagainya sudah sangat di pahaminya. Alhamdulillah…ketika mendengar ajakan Thufail Al Ghifari untuk berdakwah lewat musik beliau langsung menanggapi dengan antusias. Dan akhirnya dengan izin Allah Thufail dan Udenk kembali bersatu dalam semangat baru sebuah perlawanan terhadap budaya Zion..and this is our Counter Culture!
Arif Saifullah - Si Pendiam yang paham distorsi
Dulu ketika ia mulai mengenal music sejak SMP, lagu – lagu yang biasa dibawahkannya beragam aliran dari eksperimental pop seperti Bjork, simple Jazznya Norah Jones, Rock N Rollnya Rolling Stone, pop rocknya Blur dan Cold Play, rap rocknya Rage Againts The Machine, Industrial Rocknya Nine Inch Nail dan Marilyn Manson, Hingga Modern eksperimental metalnya Soulfly hingga slipknot adalah musik – musik yang sudah terbiasa d telinga lelaki yang satu ini. Dan gara – gara ngeband Arif pernah merasakan bagaimana gitar satu – satunya di banting sang Ayah. “Bokap gue anti banget sama music” begitu katanya.
Memang sudut pandang tentang music antara Arif dan sang Ayah memang sangat bertolak belakang. Namun sebenarnya konfrontasi itu dulu terjadi karena Arif memang sering lalai dalam sholat gara – gara music, terutama sholat subuh.
Namun seiring waktu kenangan Arif terhadap pesan sang Ayah adalah suatu ketika sikap ‘keras’ sang Ayah dalam mengingatkan tentang pentingnya sholat telah berubah. Yang biasa dengan nada – nada keras, berubah menjadi ajakan sederhana. Disetiap subuh ayahnya selalu membangunkan Arif dengan cara tenang untuk mengingatkannya melakukan sholat, jika setelah beberapa kali Arif belum bangun juga, maka sang ayah langsung meninggalkannya menuju masjid. Sejak saat itu nasehat ayahnya tentang sholat melewati fase teori, tapi lebih banyak memberikan keteladanan dengan bahasa tubuh.
Hingga di mana Arif tersentuh sendiri hatinya, sejak saat itulah ia mulai menjaga sholat lima waktunya. Kesabaran sang Ayah telah membentuk dirinya untuk memahami sholat bukan hanya sebuah kewajiban seorang muslim, tapi juga sebuah kebutuhan setiap muslim kepada Allah Swt.
Itulah salah satu cerita tentang proses perubahan di dalam hidupnya. Walau salah satu hobinya adalah ngeband, namun Arif selalu mengerti hal – hal prinsip dalam kenyakinannya sebagai seorang muslim yang tidak boleh di langgar. Ariflah salah satu otak berdirinya The Roots Of Madinah.
Di awal terbentuk The Roots Of Madinah, Arif mendapatkan tanggung jawab sebagai pemain Bas. Sedangkan posisi gitar di isi oleh Otoy. Namun karena sebuah kecelakaan karena adik beliau menabrak seorang ibu hingga menyebabkan ibu tersebut meninggal dunia dalam kecelakaan. Akibat dari kecelakaan itu, keluarga Otoy harus menafkahi bayi yang di tinggal oleh ibu tersebut. Kondisi ini membuat Otoy harus mengembangkan kreatifitas lebih keras sebagai ujung tombak utama dalam keluarga untuk mencari tambahan pemasukan, karena sang adik memang belum bekerja dan masih sekolah. Karena kesibukan dan tanggung jawab tersebut The Roots Of Madinah memisahkan diri dengan Otoy dan tetap berjalan sebagai sahabat.
Namun Setelah Otoy mengundurkan diri dari Band Arif diberikan tanggung Jawab sebagai Gitaris menemani Udenk. Memang jiwa Arif lebih banyak cocok sebagai Pemain Gitar. Sejak awal ia ngeband pada masa – masa SMP di Bani Saleh Bekasi, beliau selalu memegang posisi gitaris. Hanya di Stompkin dan di The Roots Of Madinah ia bersedia menjadi pemain Bas. Walau memang kemampuan dia main bas juga tidak bisa di pandang sebelah mata.
Laki – laki yang juga menjadi penanggung jawab mercandhise The Roots Of Madinah ini sangat suka bereksperimen dengan sound gitarnya dan bisa menemukan suara suara baru dalam karakter gitarnya. Ia sendiri tidak berharap banyak dari The Roots Of Madinah “Gue Cuma pengen pesan – pesan The Roots Of Madinah bisa sampai ke banyak orang” begitu pernyataan sederhana beliau ketika di wawancara di sebuah warung kopi.
Soal Thufail dan Udenk, memang sudah tidak asing bagi laki – laki yang nafkah hidupnya bekerja sebagai desainer grafis ini. Ia sangat memahami karakter Thufail dan Udenk dalam berkolaborasi untuk menghasilkan lagu – lagu yang memiliki jati diri. “Awalnya memang gue tertarik sama Udenk dan juga ajakan Thufail untuk bikin band ini”. Jawabnya sederhana.
Kini Arif menjadi salah satu Icon penting setelah Thufail dan Udenk. Arif adalah salah satu nyawa penyeimbang antara tajamnya pena dari syair syair thufail yang di balut dari nuansa anger dari distrorsi Udenk, maka Arif adalah pemanis warna orisinil kombinasi para personel The Roots Of Madinah.
Arif punya suara yang biasa saja untuk membackingini scream udenk dan nada propaganda Thufail Al Ghifari, dan itu membuat warna music The Roots Of Madinah justru menjadi berbeda dari band Rock kebanyakan.
“Ia bukan sekedar seorang sahabat dan gitaris, namun ia juga mampu memberi spirit tersendiri bagi managemen band ini, ia partner yang sangat mengagumkan” begitu pujian Thufail Al Ghifari kepadanya.
"Dia orang yang mau dan cepat belajar tentang bermacam karakter sound dan musik" Begitu kalau pendapat Udenk.
Bobby - kesunyian seorang pembetot bas
Setelah Arif Saefulloh fokus menjadi gitaris di band ini, The Roots Of Madinah sempat kelimpungan mencari pengganti Arif di posisi bas. kami sempat goyang cukup lama dan kebingungan mencari pengganti Arif. Sempat juga kami dibantu oleh Fuad Al Farouq dari GunXrose, dan sekarang Fuad cukup sibuk dengan proyek band barunya bersama kawan – kawan ketapel art.
Selang beberapa waktu, Udenk memperkenalkan seorang anak muda yang memiliki umur paling muda diantara kami. Lelaki kurus semampai dengan langkah ringan masuk ke ruangan tamu Udenk tempat kami biasa berkumpul melakukan rapat, latihan akustik dan silahturahim.
Bobby begitu biasa kami memanggil anak muda bernama lengkap Bobby Guritno, anak tunggal kelahiran 22 Juli 1986 ini, sehari – hari membuka kursus bermain bas di rumahnya. Sebelumnya dia adalah pemain bas professional dan sudah sering mengawal band – band yang di gawanginya menjadi pemenang festival. Hal paling berkesan dalam hidupnya adalah ketika memulai karier sebagai disebuah band rock progresif sejak 2004 – 2008 dan berguru pada salah satu dosen IMI (Insitus Musik Indonesia) yaitu Franky Sadikin.
Pengagum Dream Theater, Avenger Sevenfold hingga GiGi ini tidak akan pernah melupakan salah satu kenangan terbaiknya ketika memenangkan juara 1 festival Menpora dan mendapat bonus sebagai The Best Bas Player dalam Festival satu setengah tahun yang lalu itu.
Namun dibalik semua balutan prestasi dan potensi itu, Bobby sempat tenggelam dalam dunia yang kelam. Marijuana, bir, vodka dan wanita juga merupakan masalalu yang hingga hari ini mengiang – ngiang dalam rasa bersalah dirinya. Sejak ayahnya meninggal Bobby memang sempat kehilangan semangat dan arah hidup. Bahkan secara ekstrem bisa dikatakan ia telah menjauh dari apa yang sering kita sebut agama (islam).
“Gue kehilangan arah waktu bokap gue meninggal, gue terjebak dalam hidup yang hancur. Mulai dari ganja dan sebagainya udah gue cobain, dan ternyata semua itu ngak ada artinya buat (memperbaiki) hidup gue” itu jawaban sederhana dia ketika di wawancara di sebuah Radio Komersil Kota Bogor.
Ketika bergabung dengan The Roots Of Madinah , memang awalnya agak asing baik dengan musik maupun gaya hidup para personelnya. Karena salah satu cirri personel The Roots Madinah adalah, walaupun dalam waktu sesempit dan sesibuk apapun Thufail, Udenk & Surif sangat mengutamakan arti dari menegakkan sholat.
Sedangkan Bobby sendiri termasuk orang yang telah lama meninggalkan sholat. Bobby seperti kehilangan ‘sesuatu’ dalam dirinya sejak ayahnya meninggal. Rasa kehilangan sang ayah telah membuatnya patah arang, baik terhadap potensi karirnya juga kepada Allah. Ia bahkan termasuk yang tidak bisa terima dengan kepergian sang ayah beberapa tahun lalu itu.
Uniknya tidak ada satupun personel The Roots Of Madinah yang memarahi dirinya ketika dia tidak melakukan sholat. Para personel The Roots Of Madinah hanya terus mengajak dan mengajak, kalaupun Bobby tidak mau biasanya personel lain hanya memberikan contoh dari bahasa tubuh saja.
“saya bukan tukang menghakimi orang, bobby adalah adik saya..dan saya tidak mau dia menjalankan sholat karena keterpaksaan buta dan membuat dia tidak nikmat melaksanakannya. Saya ingin dia juga merasakan nikmat yang saya rasakan, saya ingin dia juga menjalankan keislaman ini karena keikhlasan dan juga pemahaman ilmu..karena itu saya lebih suka belajar memberi keteladanan dan pemahaman bukan semata mata menghakimi secara tendensius..biarkan ia belajar melihat dengan mata hati dia..hanya Allah-lah yang berhak atas hidayah, kami kakak – kakaknya hanya mengayomi dia dengan keteladan dan kasih sayang karena Allah” begitu pembelaan sederhana Thufail tentang proses yang terjadi dalam diri Bobby.
Belum selesai rasa kehilangan Bobby terhadap sang ayah, di bulan ramadhan (2009) ini ia mendapatkan cobaan baru. Yaitu perpisahan dengan belahan jiwanya yang memilukan. Karena belahan jiwa itu justru mengkhianatinya dan tidak pernah kembali.
Begitu banyak cerita tentang laki – laki ini yang tidak bisa diceritakan. Satu hal yang pasti, dalam kondisi semuda ini dengan cobaan bertubi – tubi yang dihadapi dirinya. Satu hal telah menyentuh dirinya ketika dia terpanggil untuk berwudhu dan melakukan sholat tahajud. Setelah sekian lama ia meninggalkan sholat. Malam itu dia menangis..ya hanya dia dan Allah saja.
Seorang ayah bisa pergi, seorang kisah cintapun bisa mengkhianati. Tapi ada satu yang setia jika kita memang mau mengerti yaitu Allah. Dan sejak saat itu ia benar benar berubah, ia mulai fokus untuk memperbaiki diri. Menjaga sholat, berpuasa ramadhan dan memahami arti dari Islam dan juga ibunya yang setia menemani dan memahaminya.
Bobby telah kembali setelah sekian lama seperti tenggelam dalam pusaran kegalauan. Kini ia telah menjadi salah satu bagian penting dari semua personel yang ada di The Roots Of Madinah.
“Gue pengen The Roots Of Madinah eksis di dunia musik Indonesia dan The Roots Of Madinah itu seperti keluarga sendiri buat gue” jawabnya lantang ketika ditanya kenapa dia mau bergabung dengan The Roots Of Madinah.
Seperti Bobby yang telah membawa warna baru dalam karakter The Roots Of Madinah. Begitupun ia telah mendapatkan banyak inspirasi bertemu dengan Thufail, Udenk. Dan Arif. Baik inspirasi kemandirian, ketegaran, kesabaran dan semangat untuk terus mendobrak keterbatasan.
“Permainan bas Bobby memang sudah memiliki karakter, dan dia memang salah satu yang gue cari” begitu kalau tanggapan udenk tentang gaya permainan Bobby.
“Alhamdulillah..The Roots udah dapat pemain bas yang lebih baik dari gue, sekarang gue bisa fokus mengembangkan permainan gitar gue” tambah Arif Saefulloh yang sangat mendukung kehadiran Bobby di band ini.
Reno Adriano
Sedangkan untuk posisi drummer, awalnya The Roots Of Madinah dibantu oleh Rully dari aftermath, namun karena persiapan album Aftermath yang semakin dekat membuat Rully harus lebih fokus dengan band utamanya itu. Mau tidak mau The Roots Of Madinah harus segera mencari drummer baru. Sempat berjam session dengan Epik (GunXrose), Aris (Grozny), Apriyan (Rattamahatta) namun dari kesemuanya, kehadiran Reno Adriano ternyata bisa lebih cepat menyesuaikan diri dan kompak dengan The Roots Of Madinah setelah pencarian drummer selama 1 tahun lebih.
Selain aktif sebagai drummer di sebuah grup melodic bernama The Lolly, beliau juga merupakan salah satu gitaris Aftermath. Dan saat ini ketimpangan langkah The Roots Of Madinah perlahan – lahan membaik dengan hadirnya dua pemain yang membackup Udenk, Thufail dan Arif yaitu Bobby (bas) dan Reno (Drum).
Karakter music The Roots Of Madinah
Karakter musik The Roots Of Madinah tidak bisa di kotakan menjadi metal, hiphop, jazz, blues atau apalah. konsep musik kami secara universal kami menyebutnya rock. Namun dalam pengembangannya kami harapkan orang - orang bisa melihat The Roots Of Madinah sebagai The Roots Of Madinah. karena ketika sudah terjadi perbandingan dengan band - band lain..tentu kami sadar betul bahwa kami tidak tertarik menjadi orang lain atau seperti band lain.
Komposisi musik kami sudah jelas, secara ideologis kami menyebutnya Rock N Roll. namun Rock N Roll disini tidak lantas membuat kami terjebak dengan bayangan bahwa rock n rol itu adalah Rolling Stones, Ramones hingga The Chancuters.
Kami ingin menyuguhkan musik dengan gaya kami. karena itu komposisi musik kami memang tidak mewajibkan harus ada suara scream seperti CALIBAN, double pedal drum secara menyeluruh seperti SUFFOCATION, Growl seperti NAPALM DEATH atau SEPULTURA, hingga rap vokal seperti RAGE AGAINTS THE MACHINE..
sampai saat ini kami selalu coba membangung karakter kami sendiri. jika anda adalah seorang pengamat musik. coba anda dengarkan lagu - lagu seperti Bjork, Joe Stone, Norah Jones, Guns N Roses, Aerosmith, Korn, Deftones, Hed Pe, System Of A Down, Blur, Radiohead, Soulfly, Slipknot, Nirvana, Linkin Park hingga gaya rapnya Eminem.
satu garis merah yang membuat sebagian contoh musisi di atas istimewa adalah mereka semua memiliki karakter. karakter vokal, karakter musik hingga karakter pemikiran. hal inilah yang sebenarnya sedang di gali oleh The Roots Of Madinah.
kami tidak ingin menjadi Bjork, Joe Stone, Norah Jones, Guns N Roses, Aerosmith, Korn, Deftones, Hed Pe, System Of A Down, Blur, Radiohead, Soulfly, Slipknot, Nirvana, Linkin Park, Sepultura, Caliban, Suffocation, Sting, KISS, atau band band lain. Kami tidak ingin ikut tradisi orang. kami ingin menjadi diri kami sendiri.
karena itu ketika kalian mendengarkan musik kami, lihatlah itu sebagai diri kami sendiri. Dan memang kami sadari karakter vokal thufail memang tidak sekasar Udenk, namun disitulah letak karakter yang ingin kami bangun. Dengan menyatu dua karakter vokalis ke dalam satu band. Thufail dan Udenk sudah menjadi kekuatan dan warna sendiri dalam mewarnai ciri khas warna vokal The Roots Of Madinah. Karena itulah kami bangga ketika karakter Thufail yang clean bisa bersinergi dengan karakter Udenk yang kasar dan akhirnya melahirkan ciri khas tersendiri.
Thufail Al Ghifari sudah memiliki karakter vokal. setiap orang sudah bisa menciri kekhasan vokal beliau di dua album solo rap beliau. Kami tidak ingin menghilangkan ciri khas itu dari beliau. karena itu kami tidak pernah menuntut Thufail untuk berteriak sream seperti band metal kebanyakan. kami ingin Thufail menjadi dirinya sendiri dan menghayati peranya sebagai vokalis, begitu juga dengan Udenk dan personel lainnya. dan kami tidak ingin dilihat sebagai orang lain, kami adalah The Roots Of Madinah, suka atau tidak inilah musik kami!!!
kami belajar menjadi diri kami sendiri, dan biarkan setiap jati diri itu melebur menjadi satu antara thufail "si pemberontak" al ghifari, Udenk "si be yourself man", arif " si pendiam", Rama " si sederhana" dan Rully "si keras kepala".
Kebebasan musik kami terlalu luas untuk di kotak - kotakan menjadi metal atau rock atau apalah..kami adalah The Roots Of Madinah..musik kami adalah aturan main kami...jika anda tidak suka...hanya dua kata kami sisakan..MASA BODOH!
Ini kami The Roots Of Madinah terserah kalian mau suka atau tidak! Yeah!
Managemen Contact :
Arif Saifulloh - 021 930 72 693.(therootsofmadinah.multiply.com)